}

Mengemas Yang Biasa Menjadi Menarik

( Pengalaman memperoleh pengakuan sebuah karya tulis )

Oleh : Kisworo*)

Sengaja tulisan ini didesain sedemikian rupa jauh dari unsur tulisan ilmiah atau akademis karena esensi yang akan dicapai sebenarnya adalah menceritakan sebuah pengalaman pribadi tentang membuat sebuah karya tulis. Ini akan lebih familier karena saya memposisikan diri bukan sebagai ahli menulis akan tetapi lebih sebagai pribadi yang sedang belajar bagaimana membuat sebuah karya tulis ilmiah yang berkualitas. 

Buah cerita yang sederhana ini jelas jauh dari harapan bagi para pembaca untuk langsung bisa menulis sebuah karya tulis akan tetapi diharapkan menjadi pemicu motivasi untuk mencoba bersama-sama membuat sebuah karya tulis. Selanjutnya kompetensi kita sebagai penulis akan diuji seberapa banyak mencoba, melatih diri terus menerus pantang menyerah, pantang frustasi dan pantang untuk mutungan dalam membuat sebuah tulisan ( walaupun saya sendiri sering frustasi ketika membuat karya tulis) 

a. Proses penemuan sebuah ide tulisan
Ide tulisan banyak dipengaruhi oleh sejauh mana basis pengalaman kita dan perhatian kita terhadap permasalahan yang akan ditulis. Pengalaman dapat kita peroleh dengan banyak membaca dan mobilitas kita ketika menggeluti dunianya (dunia pendidikan). Proses penemuan sebuah ide dapat ditemui antara lain dari ; 1) Forum-forum ilmiah semisal seminar, whorkshop dan diklat-diklat yang membawa pembaharuan dan inovasi-inovasi pendidikan dapat dijadikan rujukan dan mencoba menerapkan ide tersebut dalam bentuk sebuah karya. 2) On the job problematic; maksudnya ide tulisan ada didalam wewenang permasalahan penulis, hal ini supaya daya analisa kita lebih tajam sebagai pendidik maka lebih tajam jika menulis tentang pendidikan. Sebagai guru biologi karena berkutat dengan buku-buku biologi maka akan lebih banyak menemukan ide dan permasalahan tentang biologi, baik konsep biologi itu sendiri atau permasalahan pada teknik penyampaian dan inovasi perangkat yang setelah dikaji masih mempunyai sisi kelemahan dan kita akan mencoba membuat sebuah inovasi. 3) Mencuri ide dari orang lain; maksudnya adalah mencuri dalam konteks positif (bukan plagiat). Kadang kita yang masih awam sangat absurt dan penasaran bagaimana sih karya-karya dari orang lain yang telah mendapat pengakuan dari sebuah lembaga. Maka rasa penasaran tersebut sudah dapat menjadi modal utama untuk memperoleh ide. Ketika kita telah melihat karya tersebut maka timbul keinginan mencoba dengan format yang sama tetapi dalam konteks materi yang berbeda. 

Ketika saya melihat karya seorang guru SMA di Papua, Joko Santoso yang memenangkan Science Educational Award-Program ITSF dengan judul  ‘ Teknik Memperoleh Oksigen Melalui tanaman Kangkung pada percobaan Ingenhouse “  melihat format tulisannya maka timbul keinginan menulis dengan format yang sama tapi dalam konsep yang berbeda misalnya bagaimana mengukur kecepatan transpirasi pada tumbuhan dengan menggunakan indikator bayam cabut. 4) Hunting ; atau berburu ide, bisa didapatkan karena motivasi (baik internal maupun eksternal) ingin menulis tetapi belum mempunyai ide apa yang harus ditulis, perilaku kita biasanya dengan membuka buku, merenungkan hasil berdiskusi, maupun melihat fenomena insidental yang dijumpai baik di sekolah maupun dimana saja.

b. Menuangkan ide ke dalam tulisan
Problem selanjutnya ketika kita telah menemukan ide adalah menuangkan ide tersebut ke dalam bentuk tulisan. Bagi penulis-penulis handal mungkin hal ini sudah tidak terlalu menjadi masalah hanya bagaimana selanjutnya untuk menjadikan bentuk tulisannya supaya lebih berkualitas. Akan tetapi kita sebagai pemula menuangkan dalam satu kalimat saja seolah-olah sudah mengalami kebuntuan, frustasi, mutungan dan tidak melanjutkan tulisannya lagi. Buku-buku teori tentang menulis misalnya karangan Arswendo ‘ Menulis itu Gampang ‘ atau ‘ Bergairah menulis’ karangan Mary Leonhard yang banyak mengupas teknik-teknik menulis seolah olah tidak banyak membantu, Ya jelas ! karena sudut pandangnya memang berbeda dan dimanapun pada sarannya mesti kita harus banyak latihan, itulah pentingnya ! 

Kita juga harus melihat dulu jenis karya tulisnya jika kita akan menulis jenis ilmiah populer, maka awalnya biasanya ‘tesis’ (kesenjangan), kemudian diikuti antitesis (seharusnya) dan ditengahnya berkecamuk sintesa sebelum akhirnya resume (kesimpulan). Jika kita menulis sebuah karya tulis berbentuk laporan penelitian maka kita harus mengikuti format secara umum mulai dari pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan, makna penelitian, pembahasan dan seterusnya.

Pola-pola di atas adalah pola secara teoritis. Ada cara otodidak yang kelihatan cocok bagi penulis pemula (seperti saya) yaitu mengawali tulisan dengan menulis sebanyak-banyaknya apa saja yang ada dalam benak kita tentang fokus yang menjadi topik materi kita, (jangan takut salah toh tidak ada yang menghukum) kemudian jika buntu maka berhentilah dan coba melihat-lihat pada buku yang relevan dengan materi tersebut dan tulis bagian-bagian yang penting dan ada kaitannya. Setelah mendapatkan tulisan yang banyak kemudian direduksi dan disusun kembali menjadi sebuah paragraf yang ada benang merahnya (sambung) terhadap materi tulisan kita. Hal-hal yang tidak penting dibuang dan kalau perlu buat/tambahkan dengan kalimat kita sendiri agar tata bahasanya lebih mudah dipahami. Begitu seterusnya sampai kita mendapatkan bentuk tulisan yang cukup mewakili tema-tema yang kita tuangkan. Pola seperti ini akan lebih mudah jika kita menggunakan alat bantu komputer. Jika kita masih buntu juga maka gunakan kalimat atau tulisan orang lain asal kita mencantumkan penulisnya. Ibarat membuat sebuah bangunan kita memang sangat butuh material yang banyak maka material tersebut adalah buku-buku yang relevan. Semakin banyak buku yang kita baca maka daya analisis kita semakin tajam dan tulisan menjadi lebih hidup.


c. Mintalah karya kita untuk ditelaah orang lain
Kalau kita bertukar pensil mungkin kita akan tetap punya satu pensil, tetapi jika kita bertukar ide maka peluang untuk memperoleh gagasan atau ide dari orang lain akan lebih banyak. Setelah kita mempunyai karya maka cobalah teman atau siapa saja yang dipandang punya respek terhadap suatu karya untuk menelaah hasil tulisan kita. Mungkin saja kita sudah merasa mempunyai tulisan bagus tetapi ketika disampaikan dan dinilai oleh orang lain mungkin akan banyak masukan-masukan dan pembenahan yang perlu, misalnya baik segi tata-tulis, struktur bahasanya bahkan sampai esensi sudut pandang kita yang mungkin keliru.
          
Tidak mesti masukan-masukan tersebut harus diterima dengan mengganti seluruh bagian yang mendapat sorotan. Konsep-konsep atau sudut pandang yang bagi kita dirasa baik harus kita pertahankan, sebab yang mempunyai ruh tulisan adalah kita sendiri. Orang lain justru hanya memotret sudut pandang luar dari tulisan kita Kadang apa yang kita yakini sebagai kelebihan tulisan kita memang mendapat bobot lebih dari dewan yuri (Jika karya dilombakan).

d. Mencoba mencari pengakuan
Prestasi puncak hasil sebuah tulisan adalah mendapat pengakuan dari orang lain (lembaga), bentuknya adalah dimuatnya karya kita dalam mediamasa, jurnal pendidikan, bulletin atau mendapatkan penghargaan dalam suatu lomba. Kadang kita ragu dengan hasil tulisan kita jika dikirim ke bulletin atau lomba, tetapi kita tidak pernah akan maju jika tidak selalu mencoba, jangan melihat karya orang lain yang sudah dimuat (biasanya mengurangi motif diri) tetapi apappun hasilnya segera saja dikirim.
           
Setiap pertempuran seorang jendral ahli siasat perang tentu harus jeli melihat medan pertempuran dengan mengakses informasi lapangan melalui delik sandinya (intelejen), begitu juga jika kita mau mengirim hasil tulisan perlu sekali melihat medan pertempuran. Bagi penulis pemula dengan hanya menghasilkan satu tulisannya langsung mengirim ke media masa yang bonafit maka jelas akan tersingkir. Di Yogyakarta ada media milik dinas pendidikan yang cukup representatif untuk latihan bagi guru guna menuangkan sebuah ide, misalnya bulletin WARTA GURU, CHANDRA, BIAS dan jurnal pendidikan. Di UNY ada bulletin COPE yang dengan senang hati menerima karya-karya guru. Di UMY ada bulletin GERBANG yang khusus untuk menerima artikel tentang pendidikan. Jurnal MEDIKA Lampung sangat membutuhkan tulisan dari guru-guru di Yogyakarta. Bahkan di setiap kabupaten melalui kerjasama dengan LPMP-UNY sudah terbentuk jurnal yang dikelola oleh Forum pendidik dan tenaga kependidikan. Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri untuk menerbitkan sebuah karyanya.
           
Di setiap tahun juga ada even-even lomba sebagai ajang kreatifitas guru, misalnya Lomba Keberhasilan Guru, Lomba Kreatifitas oleh LIPI, Lomba IMTAQ, Lomba Penulisan Lingkungan, Lomba Guru MARIMAS dan UNIKA, Simposium Nasional Guru, Lomba Inovasi Pendidikan, Konferensi Guru Indonesia yang dimediatori oleh Samporna Fondation; yang kesemuannya butuh tulisan-tulisan kita untuk mendapat pengakuan.

 e. Membuat yang sederhana menjadi lebih menarik 
Tidak semua orang diberikan oleh Tuhan dengan pikiran yang brilliant misalnya menemukan desaint alat yang rumit maupun ide yang luar biasa cemerlang. Kita bisa memanfaatkan sebuah informasi atau pengalaman kita yang bagi sebagian orang mungkin biasa saja tetapi manakala dikemas dalam bentuk tulisan yang sistematis, runtut dan ada nilai lebihnya maka karya kita sering dianggap oleh Yuri menarik. Ketika saya mencoba minta pandangan akan menulis desaint alat peraga transpirasi (penguapan tumbuhan) dengan kertas kobalt, maka saat itu oleh istri dan beberapa rekan dicemooh bahwa itu sudah biasa ada didalam buku paket. Tetapi ketika saya menyodorkan hasil tulisan dengan beberapa modifikasi alat-alatnya dan ada sedikit kreatifitas ( mengukur secara kuantitatif jumlah H2O nya ) sebagai kelebihan untuk mendapatkan nilai jual (bagi dewan yuri) maka akhirnya mereka juga maklum dengan berkomentar : O begitu toh!
          
Ada trend sekarang bahwa untuk mensiasati bentuk tulisan yang kaku maka banyak yang membidik tulisannya lewat pengolahan judul agar lebih menarik. Biasanya dengan menggunakan akronim-akronim yang menggugah rasa keingintahuan pembaca. Misalnya Pembelajaran yang aktif kreatif dan menyenangkan (PAKEM), Wayang masuk sekolahan untuk mendidik moral siswa (WAMASEK), Kritik sosial siswa dengan pantun berdendang (TUNDANG), Pembelajaran Fisika dengan MOLIBADUL (Motor Listrik Dari Bahan Daur Ulang), Pembelajaran bahasa Indonesia dengan SILINTUNG (Diskusi Saling Menguntungkan), Pembelajaran Dengan KOMAT (Komik matematika), Melalui SIMOLEK untuk meningkat hasil belajar (Simulasi Elektronik Manual Injeksi sederhana), suatu saat jangan heran jika anda akan menemukan si MANIS dari Jembatan Ancol.
          
Perlu diketahui bahwa judul-judul tersebut sifatnya hanya sebagai penarik atau penggugah makna yang bombastis, sekiranya dalam karya tulis kita hanya mengandalkan judul yang menarik tanpa didukung bahasan yang runtut, sistematis dan inovatif maka karya tersebut sering tersingkirkan oleh dewan yuri. Bahasan biasanya harus spesifik tidak terlalu umum misalnya judul  ‘Penerapan Pendidikan SALINGTEMAS dengan muatan lokal di Gunungkidul’ . Pendekatan Salingtemas (sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat) jelas masih umum, nilai yang akan dijual dihadapan dewan yuri adalah karakteristik lokal dari Gunungkdul dan bagaimana implementasi di kelas, hal itulah yang akan sangat menarik, bukan menjelaskan secara teoritis apa itu pendekatan salingtemas. Penjelasan teoritis tentang hal tersebut sifatnya hanya sebagai penguatan atau sebagai guide (petunjuk dan rujukan).

f. Sedikit tentang komunikasi dan presentasi
Jika anda telah dipanggil untuk mempresentasikan karya tulisnya, maka berbahagialah karena karya anda telah mendapat pengakuan. Tahap selanjutnya adalah bagaimana mengkomunikasikan dan mempresentasikan serta meyakinkan bahwa karya anda adalah memang menarik dan layak. Banyak karya-karya bagus tetapi setelah dipresentasikan ternyata tidak mendapat tempat atau mengurangi bobot penilaian. Kemungkinan disebabkan kurangnya data otentik atau dokumen-dokumen pendukung yang harus disajikan, penguasaan materi yang kurang dan bentuk media yang disajikan kurang menarik. 

Komunikasi memang harus banyak dilatih tetapi bisa ditutupi oleh penyajian visualisasi media yang menarik. Gambar yang relevan dan menggugah makna sebenarnya sering mendapat tempat bagi audience (yuri). Ketepatan waktu penyajian dan focus pada permasalahan tidakmeluas harus diperhatikan betul-betul. Karena pada dasarnya presentasi hanya bertujuan klarifikasi karya kita yang otentik, bukan untuk menilai, dibelakang meja sebenarnya yuri sudah mempunyai nilai tentang karya kita, hanya tinggal mempertahankan saja.

Penutup
Jika sekiranya buku-buku yang dijual dipasaran sebagai buku the best seller yang mengupas ‘teknik menulis dengan mudah’ lainnya atau ‘24 jam menulis praktis’ sudah dilalap oleh banyak orang (termasuk guru), semestinya sampai saat ini sudah banyak karya-karya guru yang termuat dimedia massa. Tetapi mengapa hal itu jarang dijumpai pada saat ini. Saya sendiri tidak tahu mengapa? Kemungkinan karena kekalahan diri kita sendiri melawan rasa malas karena tidak pernah ingin mencoba. Mulailah dari hal-hal yang kecil, sering berlatih, terus berlatih, dan banyak latihan dan carilah pengakuan dari mereka yang telah menunggu karya-karya kita! Mari mencoba bersama ! 

*) Kepala SMPN 4 Semin

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Mengemas Yang Biasa Menjadi Menarik"

  1. Memulai dari kecil nan cantik untuk kesan mendalam yang lebih bermakna .........

    BalasHapus

Tinggalkan komentar Anda yang santun sebagai tanda mata persinggahan Anda, terimakasih