}

Dicari Sekolah yang Membumi


Oleh  Kisworo, S.Pd*)

Dalam bukunya yang berjudul ‘On the Origin of the Species by means of Natural’ salah satu pokok pikiran yang dikemukakan Darwin yaitu hanya individu-individu yang dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan yang mampu terus hidup, sedangkan yang tidak akan punah. Dalam konteks pragmatis syair Ronggowarsito tidak jauh berbeda dan banyak diterjemahkan oleh kaum hedonis bahwa zaman edan harus ikut edan sebab jika tidak ikut edan maka ora keduman, walaupun syair selanjutnya tidak sering diterjemahkan karena kurang membumi dalam realitas sosial kehidupan dan terlalu religius.

Refleksi konteks di atas dalam banyak hal sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan saat ini. Interaksi antar manusia dalam setiap lini dibangun di atas kepentingan menang kalah dan untung rugi. Persaingan tanpa etika telah menjadik an hal yang sudah lumrah. Untuk mencapai hal itu dengan cara apapun wajib ditempuh lepas haram atau halal, bagi seseorang yang ingin menemukan hasrat kekuasaannya. Fenomena maraknya ijazah palsu di Yogyakarta, booming poster calon legislatif (Caleg) menawarkan diri pribadinya yang kadang menipu kita dengan iklan dan slogan foto simpati mereka, parahnya korupsi di Indonesia, kekerasan yang sering terlihat di media massa dan perilaku anti sosial yang dipertontonkan oleh figur publik kita Iainnya seolah-olah mengikis nilai-nilai kebajikan yang diharapkan.

Mengharapkan pemerintah semata agar lebih memfokuskan pada substansi nilai-nilai pendidikan, kelihatannya tidak banyak mengubah, karena mereka lebih sibuk dengan hal-hal yang bersifat teknis semata semisal Badan Hukum Pendidikan (BHP), Standardisasi Kelulusan, Sekolah Internasional, menyiapkan perangkat ujian nasional dan berbagai aspek pendidikan lainnya agar terukur secara nasional.

Sebagai orangtua sekaligus guru yang mempunyai anak dan siswa yang masih polos kadang sering berpikir paranoid di manakah kita seharusnya menemukan dan menyekolahkan anak-anak kita agar mempunyai nilai-nilai kebajikan itu. Sekolah manakah yang sekarang mampu mewujudkan kerinduan para orangtua akan hal itu? Kerinduan akan siswanya menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari manakala ia lemah dan cukup berani menghadapi dirinya sendiri manakala ia takut. Menjadikan anak yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan, rendah hati dan jujur dalam kemenangan. Menjadikan anak yang kuat dan mengerti bahwa mengetahui dan mengenal dirinya adalah dasar dan segala ilmu yang benar.

Sekolah yang tidak membimbing siswanya dalam jalan mudah dan lunak tetapi mampu membimbing dalam gelombang desak kesulitan hidup.  SekoIah yang mampu membimbing agar anak mampu tegak berdiri di tengah badai serta berwelas asih kepada mereka yang  jatuh. Mampu membentuk manusia berhati bening dengan cita-cita setinggi langit. Sekolah yang mampu menjadikan siswanya seorang manusia yang mampu memimpin dirinya sendiri, sebelum memimpin orang lain. Sekolah yang mampu menjadikan seseorang yang mampu meraih hari depan tapi tak melupakan masa lampau. Dan seteIah semuanya menjadi miliknya, dia diberi hati yang ringan untuk bergembira serta bersungguh sungguh namun jangan sekali-kali berlebihan.

Kita sungguh rindu agar anak kita mempunyai kerendahan hati, kesederhanaan dan keagungan yang hakiki, mempunyai pikiran yang cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan dan kekuatan yang sebenarnya. Betul-betul kami mencari sekolah itu agar sebagai orangtua sekaligus guru setelah mati dipanggil Allah Swt tidak sia-sia dalam memberikan pendidikan bagi putra dan siswa-siswi saya. Di mana sekolah itu?

*) Kepala Sekolah SMPN 4 Semin
 
----------------
Artikel  ini pernah dipublikasikan di Rubrik Pendapat Guru harian Kedaulatan Rakyat pada Kamis Pahing, 29 Januari 2009




Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Dicari Sekolah yang Membumi"

  1. sekarang ini pemerintah sedang menggalakkan pendidikan karakter disekolah, mungkin kita bisa sedikit berharap dari sana ya...

    BalasHapus
  2. sekolah di dunia Jin,kraton laut kidul bersama Ibu Ratu pantai selatan..hehehe

    Indonesia sudah kehilangan mimpi yang sampean tulis itu Mas guru. Indonesia sudah sangat tak punya posisi tawar terhadap yang namanya akhlak dan moral sebab sudah tergilas oleh arus dan badai materialisme...semoga setelah sampean jadi pengampu di sebuah sekolah bisa mengambil kebijakan dapat sedikit menyalurkan dan menumbuhkan idealisme seperti itu walau sangat sedikit, bukan sekedar bermain kata-kata dalam tulisan dan akhirnya larut juga dalam gelombang yang semakin besar...
    hidup adalah soal pilihan-pilihan
    barangkali saja pilihan Darwin pun keliru ketika mengatakan yang kuat saja yang menang
    karena banyak juga bukti sejarah kemanusiaan bahwa yang lemah itu menang karena sabar dan punya komitmen yang tinggi plus keras kepala terhadap ide dan keyakinan yang lurus..hmmm

    BalasHapus
  3. setuju pak guru, menurutku itu bukanlah mimpi, tapi sebuah idealisme yang berproses mewujud dalam langkah-langkah nyata, apalagi jika pak guru jadi kepala sekolah, semoga banyak kebijakan yang mengarah kesana sedikit-sedikit dapat terwujud

    BalasHapus

Tinggalkan komentar Anda yang santun sebagai tanda mata persinggahan Anda, terimakasih